Bocah-Bocah Karet Tengsin

Bocah-bocah itu telah akrab dengan kematian,
dan juga kesedihan yang jatuh di batu-batu nisan.
Saban hari mereka terbangkan angan-angan
yang kerap tersangkut dalam rimbun pohon kamboja.
Kaki-kaki kecil penuh luka terus berlari, sesekali tersandung
di atas tanah merah tempatnya mengadu.
Binar matanya menyambut satu-dua peziarah bertamu,
sebab itu pertanda datangnya rupiah untuk mengisi perut.
Bocah-bocah itu tak paham caranya berdendang sebuah lagu,
sebab dirinya hanya sibuk merapal nasib yang tak kunjung menjadi merdu.

Purwokerto, 21 Maret 2016.

Comments

Popular Posts