Barangkali Kita Tersesat






Dan demi malam-malam yang gamang,
pun tentang masa depan yang agaknya temaram.
Tatkala lapar lalai untuk menjadi kenyang,
dan gigil ini terus membuat geram.

Apa yang kauingat mengenai senja saban hari?
Ketika kita sibuk mencaci-maki dunia yang terlampau keji,
dan juga cita-cita yang serupa imaji,
sambil sesekali menertawai kebodohan dengan cara tersendiri!

Atas nama mimpi-mimpi yang sesungguhnya perlu dibagi,
kau berceloteh tentang petani miskin yang haknya selalu dikorupsi.
Sedang aku, masih saja berkutat dengan setan bernama patriarki!
Perjuangan, katamu, tidak akan pernah mengkhianati.

Suatu waktu kita lelah berangan-angan semu.
Mendengarkan kekecewaan yang menjelma harapan palsu.
Hingga kemudian melebur pasrah dalam rayu,
saat rindu sering kali meninggalkan lidah yang terlanjur kelu.

Debar tak berirama acap kali membuat lupa diri,
sementara aku menjadi sibuk untuk melarikan diri.
Bahagiakah yang kita raih, atau hanya sebuah luka?
Yang mungkin kelak membuat kita susah lupa.

Sesungguhnya, dalam hidup terlampau banyak pertanyaan
yang terus menerus terpatri sampai penghujung urat.
Barangkali, tiada hal lebih indah selain wujud ketergantungan
yang pada akhirnya berhasil membuat kita berdua tersesat.

Purwokerto, 3/12/16
02:29 Pagi.

Comments

Popular Posts